Selasa, 06 Oktober 2009

MOTOR INDUKSI TIGA FASA

PENGEREMAN DINAMIK PADA
MOTOR INDUKSI TIGA FASA

Agung Warsito, Mochammad Facta, M Anantha B P
a.warsito@elektro.ft.undip.ac.id, facta@elektro.ft.undip.ac.id
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Abstrak
Motor induksi tiga fasa banyak digunakan
oleh dunia industri karena memiliki beberapa
keuntungan antara lain motor ini sederhana, murah
dan mudah pemeliharaannya. Pada penggunaan
motor induksi sering dibutuhkan proses
menghentikan putaran motor dengan cepat,
terutama aplikasi untuk konveyor. Untuk
menghentikan putaran rotor, torsi pengereman
diperlukan yang dapat dihasilkan secara mekanik
maupun secara elektrik.
Pengereman untuk menghentikan putaran
motor induksi dapat dirancang secara dinamik,
yaitu sistem pengereman yang dilakukan dengan
membuat medan magnetik motor stasioner.
Keadaan tersebut dilaksanakan dengan
menginjeksikan arus DC pada kumparan stator
motor induksi tiga fasa setelah hubungan kumparan
stator dilepaskan dari sumber tegangan suplai AC.
Metode pengereman dinamik memiliki
keuntungan antara lain kemudahan
pengaturan kecepatan pengereman
terhadap motor induksi tiga fasa dan
kerugian mekanis dapat dikurangi.
Dengan mengaplikasikan pengereman
dinamik pada motor induksi tiga fasa
didapatkan hasil proses menghentikan
putaran motor induksi lebih cepat
dibandingkan tanpa pengereman
dinamik

II. DASAR TEORI

2.1 Motor Induksi [1,3]
Pada motor induksi arus rotor bukan diperoleh dari
sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi
sebagai akibat perbedaan relatif antara putaran rotor
dengan medan putar yang dihasilkan oleh stator.

2.2 Konstruksi Motor Induksi Tiga Fasa[1,3]
Motor induksi tiga fasa memiliki dua komponen
dasar yaitu stator dan rotor, bagian
rotor dipisahkan dengan bagian stator oleh celah udara
yang sempit (air gap) dengan jarak antara 0,4 mm
sampai 4 mm. Tipe dari motor induksi tiga fasa
berdasarkan lilitan pada rotor dibagi menjadi dua macam
yaitu rotor belitan (wound rotor) adalah tipe motor
induksi yang memiliki rotor terbuat dari lilitan yang
sama dengan lilitan statornya dan rotor sangkar tupai
(Squirrel-cage rotor) yaitu tipe motor induksi dimana
konstruksi rotor tersusun oleh beberapa batangan logam
yang dimasukkan melewati slot-slot yang ada pada rotor
motor induksi, kemudian setiap bagian disatukan oleh
cincin sehingga membuat batangan logam terhubung
singkat dengan batangan logam yang lain.

2.3 Beban Motor Induksi Tiga Fasa
Dalam melaksanakan pengujian pengereman
dinamik digunakan dinamometer DC (generator-motor arus searah) sebagai beban motor induksi.
Dinamometer DC dalam percobaan berfungsi
untuk mengubah energi mekanik menjadi energi
listrik.

2.4 Pengereman pada Motor listrik[6,8,10,14]
Pengereman secara elektrik, torsi
pengereman dihasilkan berdasarkan nilai arus
injeksi yang diberikan pada belitan stator.
Pada pengereman secara elektrik energi
putaran rotor diubah menjadi energi elektrik yang
kemudian dikembalikan ke suplai daya, atau
dengan memberikan suatu medan magnet stasioner
pada stator sehingga putaran rotor akan berkurang
dengan sendirinya, pengereman secara elektrik
lebih halus dan tidak ada hentakan yang terjadi.
Pengereman secara elektrik tidak dapat
menghasilkan torsi untuk menahan beban dalam
keadaan sudah berhenti dan membutuhkan sumber
energi listrik untuk mengoperasikannya.

2.5 Pengereman Dinamik

Pengereman dinamik digunakan untuk
menghentikan putaran rotor motor induksi.
Tegangan pada stator diubah dari sumber tegangan
AC menjadi tegangan DC dalam waktu yang
sangat singkat. Torsi yang dihasilkan dari
pengereman tergantung pada besar arus DC yang
diinjeksikan pada belitan stator. Pada gambar 2.1.
menunjukkan bentuk rangkaian pengereman
dengan injeksi arus searah pada motor induksi tiga
fasa.

2.6 Penyearah Penuh Satu Fasa

Penyearah yang dipakai pada alat ini adalah
penyearah gelombang penuh dengan menggunakan
transformator step down dan mempunyai keluaran
tegangan DC positif. Rangkaian penyearah gelombang
penuh dengan menggunakan transformator step down
dapat dilihat pada gambar 2.2.
Pada saat setengah siklus positif dioda D2 dan D3
akan konduksi untuk menghasilkan satu siklus positif
dan pada siklus negatip dioda D4 dan D1 akan konduksi
untuk menghasilkan satu siklus negatif.

IV. KESIMPULAN
Dari hasil pengujian dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Waktu berhenti motor induksi tanpa pengereman
dinamik semakin lama jika tegangan belitan stator
bertambah besar dan waktu berhenti berkurang jika
beban lampu bertambah besar.
2. Waktu berhenti motor induksi belitan stator hubung
bintang konfigurasi A, B dan E dengan pengereman
dinamik berkurang jika arus injeksi dc, tegangan
belitan stator dan beban lampu bertambah besar .
3. Waktu berhenti motor induksi belitan stator hubung
segitiga konfigurasi C, D dan F dengan pengereman
dinamik berkurang jika arus injeksi dc, tegangan
belitan stator dan beban lampu bertambah besar.
4. Waktu berhenti motor induksi dengan pengereman
dinamik berkurang dibandingkan tanpa pengereman
dinamik.
5. Pengereman dinamik konfigurasi A, B, E untuk
belitan stator hubung bintang cenderung mempunyai
karakteristik yang sama
6. Pengereman dinamik konfigurasi F untuk belitan
stator hubung segitiga cenderung mempunyai
karakteristik yang lebih baik dibanding konfigurasi
C, D karena arus injeksi DC tidak terlalu besar tetapi
mempunyai waktu berhenti yang kecil.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.elektro.undip.ac.id/transmisi/jun06.htm

1 komentar: