Selasa, 20 Oktober 2009

ANALISA KEGAGALAN CALL DARI FLEXI KE GSM DI STO MANGGA BESAR JAKARTA PUSAT ANALISA KEGAGALAN CALL DARI FLEXI KE GSM DI STO MANGGA BESAR JAKARTA PUSAT

ANALISA KEGAGALAN CALL DARI FLEXI KE GSM DI STO MANGGA BESAR JAKARTA PUSAT
ANALISA KEGAGALAN CALL DARI FLEXI KE GSM
DI STO MANGGA BESAR JAKARTA PUSAT

Pada jurnal ini memaparkan tentang kehadiran teknologi CDMA dalam dunia telekomunikasi Rata Penuhyang mulai diperhitungkan oleh masyarakat dan para operator GSM yang selama ini menguasai pasar telekomunikasi. Salah satu contoh telepon seluler berbasis CDMA adalah Flexi yang diluncurkan oleh Telkom untuk menandingi operator GSM. Sebagai teknologi baru tentunya Telkom Flexi diluncurkan dengan banyak kelebihan antara lain kecepatan yang lebih tinggi, kualitas suara yang jernih, anti jamming dan sebagainya. Namun demikian timbul masalah baru yang harus dihadapi oleh Telkom Flexi pada saat ingin melakukan interkoneksi terhadap GSM, salah satunya adalah adanya kegagalan komunikasi (call).

Kegagalan komunikasi dari Flexi ke GSM bisa terjadi karena faktor jaringan Flexi maupun GSM, perilaku masing-masing user yang sedang berkomunikasi, dan juga sistem yang menghubungkan kedua jaringan ini. Sebagai sistem yang masih baru perencanaan jaringan yang belum sempurna mengakibatkan masih adanya daerah yang belum tercover dengan baik (blank spot), dan juga overlapping antar sel. Akibatnya timbul kegagalan call karena access failure, drop call, dan kegagalan signaling.

Kesimpulan yang dapat diambil dari jurnal ini adalah:
1. Penyebab kegagalan call dari Flexi ke GSM antara lain remote congestion (0.04%), network bloking (0.06%), system fault (0.27%), ISUP fault (1.59%), terminating busy (1.7%), terminating error (5.43%), dan originating release (33,96%).

2. Remote congestion , network bloking , system fault , ISUP fault , terminating busy , terminating error , dan originating release dapat teridentifikasi karena adanya access failure, drop call, dan signaling failure dalam jaringan.

3. Access failure, drop call, dan signaling failure terjadi karena kondisi RF yang buruk dari MS, BTS, BSC, MSC, dan Gateway antara lain daya terima MS yang rendah (kurang dari -75 dBm), daya pancar MS yang tinggi (lebih dari 20 dBm), FFER yang buruk (lebih dari 1%), nilai Ec/Io yang jelek (kurang dari -12 dB).

4. Ada 5 daerah yang mengalami masalah kegagalan call yaitu Pantai Mutiara Pluit, Pluit Raya Muara Baru, Komplek Duta Mas, Tanah Sereal, dan Pantai Ria Ancol karena kondisi RF yang buruk. Sedangkan hanya 2 daerah yang memiliki masalah RF paling kompleks adalah Pantai Mutiara Pluit dan Pantai Ria Ancol akibat letaknya yang jauh dari BTS.

5. Kondisi RF yang buruk timbul akibat daya pancar BTS yang sampai ke MS bervariasi tergantung dari kondisi lingkungan dan letak MS.


DAFTAR PUSTAKA
[1] www.stttelkom.ac.id/staf/.../Jurnal%20SNSI06-STIKOM%20BALI.doc
posting by Rinalto Hutabarat (41407010008) 0 comment
Pengaruh Ketidakseimbangan Beban Terhadap Arus Netral dan Losses pada Trafo Distribusi
Pengaruh Ketidakseimbangan Beban Terhadap Arus Netral
dan Losses pada Trafo Distribusi

Julius Sentosa Setiadji1, Tabrani Machmudsyah2, Yanuar Isnanto1
1Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra
Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya
2PT. PLN(Persero) Distribusi Jawa Timur
Email: julius@petra.ac.id


ABSTRAK

Ketidakseimbangan beban pada suatu sistem distribusi tenaga listrik selalu terjadi dan penyebab ketidakseimbangan tersebut
adalah pada beban-beban satu fasa pada pelanggan jaringan tegangan rendah. Akibat ketidakseimbangan beban tersebut
muncullah arus di netral trafo. Arus yang mengalir di netral trafo ini menyebabkan terjadinya losses (rugi-rugi), yaitu losses
akibat adanya arus netral pada penghantar netral trafo dan losses akibat arus netral yang mengalir ke tanah. Setelah dianalisa,
diperoleh bahwa bila terjadi ketidakseimbangan beban yang besar (28,67%), maka arus netral yang muncul juga besar
(118,6A), dan losses akibat arus netral yang mengalir ke tanah semakin besar pula (8.62%).

Dewasa ini Indonesia sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang. Seiring dengan laju pertumbuhan pembangunan maka dituntut adanya sarana dan prasarana yang mendukungnya seperti tersedianya tenaga listrik. Saat ini tenaga listrik merupakan kebutuhan yang utama, baik untuk kehidupan sehari-hari maupun untuk kebutuhan industri. Hal ini disebabkan karena tenaga listrik mudah untuk ditransportasikan dan dikonversikan ke dalam bentuk tenaga yang lain. Penyediaan tenaga listrik yang stabil dan kontinyu merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam memenuhi
kebutuhan tenaga listrik
Dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik tersebut, terjadi pembagian beban-beban yang pada awalnya merata tetapi karena ketidakserempakan waktu penyalaan beban-beban tersebut maka menimbulkan ketidakseimbangan beban yang berdampak pada penyediaan tenaga listrik. Ketidakseimbangan beban antara tiap-tiap fasa (fasa R, fasa S, dan fasa T) inilah yang menyebabkan mengalirnya arus di netral trafo

TEORI TRANSFORMATOR
Transformator merupakan suatu alat listrik yang mengubah tegangan arus bolak-balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip-prinsip induksi-elektromag-net. Transformator terdiri atas sebuah inti, yang terbuat dari besi berlapis dan dua buah kumparan, yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder.
Penggunaan transformator yang sederhana dan handal memungkinkan dipilihnya tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap-tiap keperluan serta merupakan salah satu sebab penting bahwa arus bolak-balik sangat banyak dipergunakan untuk pembangkitan dan
penyaluran tenaga listrik.
Prinsip kerja transformator adalah berdasarkan hukum Ampere dan hukum Faraday, yaitu: arus listrik dapat menimbulkan medan magnet dan sebaliknya medan magnet dapat menimbulkan arus listrik. Jika pada salah satu kumparan pada trans-formator diberi arus bolak-balik maka jumlah garis gaya magnet berubah-ubah. Akibatnya pada sisi
primer terjadi induksi. Sisi sekunder menerima garis gaya magnet dari sisi primer yang jumlahnya berubah-ubah pula. Maka di sisi sekunder juga timbul induksi, akibatnya antara dua ujung terdapat beda tegangan.
Penggunaan transformator yang sederhana dan handal memungkinkan dipilihnya tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap-tiap keperluan serta merupakan salah satu sebab penting bahwa arus bolak-balik sangat banyak dipergunakan untuk pembangkitan dan
penyaluran tenaga listrik.

KESIMPULAN
Prinsip kerja transformator adalah berdasarkan hukum Ampere dan hukum Faraday, yaitu: arus listrik dapat menimbulkan medan magnet dan sebaliknya medan magnet dapat menimbulkan arus listrik. Jika pada salah satu kumparan pada trans-formator diberi arus bolak-balik maka jumlah garis gaya magnet berubah-ubah. Akibatnya pada sisi primer terjadi induksi. Sisi sekunder menerima garis gaya magnet dari sisi primer yang jumlahnya berubah-ubah pula. Maka di sisi sekunder juga timbul induksi, akibatnya antara dua ujung terdapat beda tegangan.



[1] Sulasno, Ir., Teknik Tenaga Listrik, Semarang :Satya Wacana, 1991.
[2] Abdul Kadir, Distribusi dan Utilisasi Tenaga
[3] Zuhal, Dasar Tenaga Listrik, Bandung: ITB, Listrik, Jakarta: UI - Press, 2000.
[4] Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL)
[5] Abdul Kadir, Transformator, Jakarta: PT. Elex 2000), Jakarta: Badan Standarisasi Nasional, 2000.

1 komentar: